SISEMUTIBRAHIM.BLOGSPOT.COM Seantero Indonesia sedang tertuju pada
satu titik masalah saat ini. Ya, persoalan penistaan Al-Quran yang
dilakukan oleh gubernur Jakarta benar-benar menjadi sorotan tajam. Bukan
hanya skala nasional, melainkan sudah merambah pada dunia
internasional.
Aksi Bela Islam pada Jumat, 4 November 2016 (411) benar-benar
membuktikan bahwa umat Islam Indonesia masih mempunyai ghirah yang
tinggi. Semangat mereka dalam membela Al-Quran sebagai pedoman hidup
sangat membanggakan. Walaupun terdengar sedikit suara-suara sumbang
penggembos semangat, namun semua itu hanya dianggap angin lalu dan tetap
fokus pada satu tujuan.
Dua hal yang dapat kita banggakan di sini adalah sikap keberanian dan
kedermawanan umat Islam. Kita lihat sendiri bagaimana harmonisnya aksi
411, memperlihatkan betapa damainya Islam, saling membantu dan memberi
serta keberanian dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran.
Namun, usaha keras umat Islam itu bukanlah tanpa rintangan dan
hambatan. Padahal umat Islam bergerak dengan penuh keberanian dan
kedermawanan adalah karena rasa di hati mereka. Rasa di hati yang tidak
rela Al-Quran dihinakan dan rasa ini tidak akan bisa dimengerti oleh
orang-orang yang tidak merasakannya. Salah satu hambatan terdengar dari
pihak Bareskrim Polri pada 8 November 2016 mengatakan siap menelisik
dana yang digunakan dalam aksi 411.
Orang-orang seperti ini tidak akan pernah mengerti rasa yang ada di
dalam hati umat Islam. Umat Islam yang mengikuti aksi 411 ibarat para
shahabat Anshar dan Muhajirin yang rela berbagi harta karena satu aqidah
dan satu tujuan. Tentu umat Islam tidak akan pernah gentar dengan
apapun jua selama apa yang dibela adalah kebenaran dan memperjuangkan
kemuliaan agama Allah.
Rabbul ‘Izzati meninggikan derajat orang-orang beriman berdasarkan
amal baik mereka. Allah memilih di antara sekian banyak amal shalih itu
dua sifat yang istimewa untuk mengangkat derajat serta mendekatkan si
pelaku di sisi-Nya.
Dua sifat itu ialah: Asy-Syaja’ah (keberanian) dan
Al-Karam (kedermawanan).
Yakni dua sifat yang termuat dalam surat
Al-Hadid ayat 10
وَمَا لَكُمْ أَلا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ
مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ
مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ
الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ
الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) di jalan
Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi.
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah) Mereka lebih tinggi derajatnya
daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah
itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih
baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid: 10)
Dua Sifat yang Sangat Penting
Semua pasang mata melihat bahwa peristiwa penistaan Al-Quran
benar-benar menggerakkan hati kaum muslimin. Di dalam dada umat Islam
yang hanif muncul dua sifat mulia dan istimewa. Kedua sifat itu adalah as-syaja’ah dan al-karam, dua sifat yang mampu menghidupkan umat.
Sebaliknya, sifat bakhil dan pengecut merupakan sifat yang
membinasakan dan melenyapkan umat. Keberadaan umat bisa terus kokoh
bertahan; cakrawala peradabannya bisa membentang luas; dan pondasinya
bisa menancap dalam bila dua sifat ini dijadikan pilar-pilar yang
menjadi penyangga bangunan masyarakat.
Oleh karena itu, apabila sifat as-syaja’ah mulai menipis dan kebakhilan tersebar luas, umat berada di ambang kepunahan. Ketetapan ini turun dari atas langit yang tujuh
إِلا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan
menyiksa dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang
lain, dan tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Taubah : 39)
هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ
عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا
أَمْثَالَكُمْ
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan
(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir,
dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya
sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti
(kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)” (Muhammad: 38)
Ketika umat Islam lalai dari ajaran Rabbnya, wasiat dari Khaliknya,
serta tuntunan dari Penciptanya, maka mereka akan mengalami kemunduran
dan membebek di belakang ekor umat yang lain. Sebab umat Islam hidup
karena keberaniannya, kebersihannya,kemurahhatiannya,kedermawanannya,
kepahlawannya, dan pengorbanannya.
Benar apa yang dikatakan oleh KH Abdullah Gymnastiar dalam acara ILC
Selasa, 8 November 2016 kemarin. Bahwa umat Islam Indonesia khususnya
yang ikut dalam aksi 411 adalah aset yang harus dijaga. Karena di
samping mereka tidak tanggung-tanggung dalam kedermawanan, mereka juga
memiliki keberanian atau asy-syaja’ah. Yaitu kebenaran
menegakkan keadilan dan kesabaran mengekang nafsu berbuat keonaran,
meskipun saat itu massa telah terkumpul banyak dan bisa berbuat apapun
juga.
As-Syaja’ah merupakan kekuatan yang bersumber dari kesabaran. Dan, sabar adalah kekuatan hati. As-Syaja’ah
tidak bertumpu pada kekuatan badan. Berapa banyak orang yang badanya
gempal, namun lari dari pertempuran pada saat genderang perang ditabuh.
Keberanian hati adalah as-syaja’ah dan pakaiannya adalah sabar.
Kesabaran dan as-syaja’ah akan hadir apabila hati diliputi
ketenangan karena selalu berhubungan dengan Rabbul’ Alamin. Hati seorang
mukmin adalah hati yang kuat. Karena itu, ia tidak merasa cemas ataupun
lemah. Ia tidak merasa sombong jika mendapatkan sesuatu dari dunia.
Sebaliknya, ia tidak risau ataupun berkeluh kesah bila kehilangan
sesuatu darinya.
Baca halaman selanjutnya Hati Orang Munafik
0 Komentar
BerKomentarlah yang sopan dan bijak